Berita Terkini
Desa Bangunsari, Kendal – Kamis pagi, 14 Agustus 2025, Aula Balai Desa Bangunsari dipenuhi antusiasme ibu-ibu rumah tangga, kader PKK, dan kader Posyandu. Mereka hadir dalam kegiatan Sosialisasi Manajemen Stres yang digagas oleh tim KKN MIT Ke-20 UIN Walisongo Semarang, khususnya divisi Kesehatan dan Lingkungan, bekerja sama dengan Pemerintah Desa Bangunsari.
Acara ini menghadirkan narasumber utama Ibu Lucky Ade Sessiani, M.Psi., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang. Dengan pengalaman akademis dan praktik psikologi, beliau memberikan materi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, khususnya bagi para ibu rumah tangga yang sehari-hari dihadapkan pada banyak tantangan.
Sebelum memasuki sesi inti, kegiatan diawali dengan pembukaan formal. Panitia memandu jalannya acara dengan khidmat, disusul dengan sambutan hangat dari Sekretaris Desa Bangunsari, Bapak Muhammad Anwar. Dalam sambutannya, beliau mengingatkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk selalu tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
“Stres adalah bagian dari kehidupan. Namun dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk selalu bersyukur, bersabar, dan memohon pertolongan Allah dengan sabar dan salat. Dengan begitu, hati kita akan lebih tenang dan pikiran lebih jernih,” ucapnya di hadapan para peserta. Sambutan tersebut menambah semangat para ibu yang hadir untuk mengikuti kegiatan hingga akhir.
Sebelum pemaparan materi, peserta terlebih dahulu mengerjakan pre-test berupa pertanyaan singkat seputar pemahaman awal tentang stres. Langkah ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta sebelum menerima materi inti.
Setelah itu, Ibu Lucky memulai sesi sosialisasi. Dalam pemaparannya, beliau menekankan bahwa perempuan adalah sosok multitasking yang mampu mengelola berbagai peran: sebagai ibu, istri, sekaligus bagian penting dari masyarakat. Namun, padatnya peran itu sering kali menimbulkan stres yang tidak disadari.
Beliau mengingatkan pentingnya mengenali tanda-tanda stres sejak dini, seperti mudah marah, sulit tidur, cepat lelah, atau merasa cemas tanpa sebab. Dengan mengenali gejala ini, para ibu bisa segera mencari solusi agar stres tidak menumpuk dan berdampak pada kesehatan fisik maupun mental.
Selain itu, Ibu Lucky juga menyinggung soal ketahanan mental perempuan. Menurutnya, kekuatan mental seorang ibu akan berdampak langsung pada suasana keluarga. “Ibu yang sehat secara mental akan menciptakan keluarga yang lebih bahagia dan harmonis,” tuturnya.
Diskusi berlangsung hangat. Para peserta tak segan berbagi pengalaman pribadi, mulai dari menghadapi tekanan pekerjaan rumah hingga persoalan mendidik anak. Narasumber pun memberikan masukan praktis yang bisa diterapkan sehari-hari, seperti membagi waktu istirahat, meminta dukungan keluarga, hingga melatih pernapasan dalam.
Kegiatan semakin menarik ketika narasumber mengajak peserta mempraktikkan teknik relaksasi sederhana, salah satunya dengan peregangan ringan dan pernapasan dalam. Praktik ini membuat suasana ruangan terasa rileks, banyak peserta yang tersenyum lega setelah mencoba.
Foto:diskominfo/kkn2025
Pada akhir sesi, peserta diperkenalkan dengan terapi relaksasi Butterfly Hug, sebuah metode psikologis untuk meredakan stres. Dalam praktiknya, peserta diajak menepuk lembut kedua lengan secara bersilang di dada, sambil mengucapkan afirmasi positif berupa rasa syukur. “Terima kasih pada diri sendiri, karena sudah kuat sampai hari ini,” ujar Ibu Lucky menuntun afirmasi.
Suasana hening dan penuh kekhidmatan menyelimuti aula. Para ibu tampak larut dalam latihan sederhana ini, banyak yang mengaku merasa lebih tenang setelah melakukannya.
Setelah sesi terapi, panitia kembali memberikan post-test untuk mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman peserta mengenai stres. Hasil awal menunjukkan bahwa sebagian besar peserta mengalami peningkatan pemahaman signifikan setelah mengikuti kegiatan.
Dokumentasi bersama di akhir acara menjadi penutup yang manis. Panitia, narasumber, perangkat desa, dan seluruh peserta berfoto bersama sebagai kenangan atas kegiatan yang penuh manfaat tersebut.
Kegiatan ini berhasil memberikan gambaran nyata bahwa edukasi kesehatan mental sangat dibutuhkan di tingkat desa, terutama bagi ibu rumah tangga yang menjadi pilar keluarga.
Dari awal hingga akhir, sosialisasi berlangsung lancar dan penuh kehangatan. Para peserta pulang dengan membawa bekal pengetahuan, keterampilan sederhana, dan semangat baru untuk mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui kegiatan ini, Desa Bangunsari menegaskan komitmennya untuk tidak hanya memperhatikan pembangunan fisik, tetapi juga kesehatan mental warganya. Sebab, desa yang sehat bukan hanya desa yang bersih dan subur, tetapi juga desa dengan masyarakat yang kuat secara jiwa.
Dipost : 24 Agustus 2025 | Dilihat : 36
Share :