Berita Terkini
pertemuan dengan perangkat Desa Bangunsari (Foto: divisikominfo/kkn)
Desa Bangunsari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal - Kamis (17/07), sebanyak 280 mahasiswa UIN Walisongo Semarang resmi dilepas untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) MB Ke-20. Kegiatan pelepasan yang berlangsung di Kecamatan Patebon ini turut dihadiri oleh camat, muspika, serta perangkat desa, sebagai bentuk dukungan pemerintah setempat terhadap keberlangsungan pengabdian mahasiswa selama 45 hari ke depan.
Tidak sekadar seremoni formal semata, kegiatan hari pertama ini menjadi pintu awal bagi mahasiswa Posko 19 untuk benar-benar turun langsung dan menyatu dengan masyarakat di Desa Bangunsari. Dengan semangat penuh antusias, para mahasiswa bergerak cepat memanfaatkan waktu mereka untuk mulai membangun koneksi, khususnya dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang memang memiliki peran besar dalam kehidupan sosial desa.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Sebagai orang baru yang akan tinggal dan berkegiatan cukup lama di desa ini, mahasiswa menyadari pentingnya membangun komunikasi yang baik sejak awal. Kunjungan kepada para tokoh masyarakat ini pun menjadi cara efektif untuk memahami lebih dalam tentang dinamika kehidupan warga, mulai dari persoalan sosial, budaya lokal, hingga potensi yang bisa dikembangkan bersama.
kunjungan mahasiswa kkn posko 19 ke tokoh masyarakat Desa Bangunsari (Foto: divisikominfo/kkn)
Dalam suasana yang akrab, para mahasiswa berdialog santai sambil mencatat berbagai masukan yang mereka peroleh. Tidak sedikit pula cerita-cerita menarik tentang sejarah desa, kehidupan sosial, hingga harapan masyarakat terhadap kehadiran mahasiswa KKN tahun ini. Hal-hal inilah yang nantinya akan menjadi bekal penting dalam menyusun program kerja yang lebih kontekstual, tepat sasaran, dan memberi manfaat nyata bagi warga.
Kegiatan ini sekaligus menjadi bukti bahwa pengabdian masyarakat bukan hanya soal memberikan program, tetapi juga soal mendengar, memahami, dan membangun rasa percaya. Dengan begitu, sinergi antara mahasiswa dan masyarakat bisa terjalin lebih kuat dan harmonis.
Tidak bisa dipungkiri, hari pertama ini pun menyimpan sedikit tantangan. Salah satunya terkait keterbatasan informasi soal lokasi rumah para tokoh masyarakat yang hendak dikunjungi. Maklum saja, bagi mahasiswa yang baru beberapa jam menginjakkan kaki di desa, memahami peta wilayah bukanlah perkara mudah. Namun, di sinilah kreativitas dan semangat kebersamaan diuji.
Dengan pendekatan humanis, mahasiswa tak ragu bertanya langsung kepada warga yang dijumpai di jalan. Bahkan, beberapa anak kecil setempat dengan senang hati membantu menunjukkan arah. Momen ini justru mempererat interaksi awal dan memperkenalkan mahasiswa lebih dekat dengan lingkungan baru mereka.
Selain itu, sempat pula terjadi ketidaksesuaian jadwal dari pihak eksternal yang membuat beberapa agenda perlu disesuaikan ulang. Namun, koordinasi yang baik antara mahasiswa dengan pihak kecamatan dan desa berhasil membuat semuanya kembali berjalan sesuai rencana, tentu dengan sedikit penyesuaian agar lebih fleksibel ke depannya.
Di balik segala dinamika kecil tersebut, semangat mahasiswa KKN tetap tak surut. Mereka justru semakin menyadari bahwa pengabdian ini bukan hanya soal menjalankan program, tapi juga tentang bagaimana beradaptasi, membangun komunikasi, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif.
Hari pertama ini menjadi awal yang menjanjikan. Dengan dukungan penuh dari perangkat desa, tokoh masyarakat, dan warga, mahasiswa optimis bisa menjalankan misi mereka dengan baik. Mulai dari penanganan stunting, peningkatan mutu pendidikan, pemberdayaan UMKM, hingga penguatan moderasi beragama, semua diupayakan berjalan selaras dengan kebutuhan nyata masyarakat Desa Bangunsari.
Ke depannya, besar harapan agar sinergi yang telah terjalin sejak hari pertama ini dapat terus terjaga dan bahkan semakin erat. Semoga program-program yang dirancang tidak hanya bermanfaat dalam jangka pendek, tetapi juga mampu memberikan dampak berkelanjutan bagi desa. Bagi mahasiswa sendiri, pengalaman ini diharapkan menjadi ruang belajar yang nyata, bukan hanya soal praktik ilmu di lapangan, tapi juga tentang menjadi bagian dari perubahan sosial yang bermakna. Karena pada akhirnya, pengabdian sejati bukan sekadar program selesai, tetapi ketika masyarakat merasakan hasilnya, bahkan setelah mahasiswa kembali pulang.
Dipost : 23 Juli 2025 | Dilihat : 9
Share :