Berita Terkini
Desa Bangunsari, Kendal - Sabtu (19/07), mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Walisongo Semarang kembali menjalani aktivitas yang penuh makna di hari ketiga pengabdian mereka. Kali ini, mereka ikut serta dalam kegiatan Posyandu Kelas Ibu Balita yang digelar di Aula Balai Desa Bangunsari. Fokus kegiatan ini adalah edukasi seputar penanganan dan pencegahan balita kurang gizi, isu yang menjadi perhatian serius di banyak desa.
Kegiatan ini menyasar para ibu yang memiliki balita, khususnya yang terindikasi mengalami masalah gizi. Suasana aula cukup ramai, namun tetap tertib. Para ibu tampak antusias mendengarkan pemaparan materi dari tenaga kesehatan yang datang dari Puskesmas setempat. Materi yang disampaikan pun menyentuh kebutuhan sehari-hari mereka, mulai dari pentingnya ASI eksklusif, cara memantau pertumbuhan anak lewat buku KIA, hingga praktik pijat bayi yang ternyata punya banyak manfaat.
Mahasiswa KKN Posko 19 tidak hanya hadir sebagai pengamat, tetapi juga ikut turun tangan dalam membantu kelancaran kegiatan. Beberapa dari mereka tampak mendampingi peserta saat praktik pijat bayi berlangsung, sementara yang lain membantu tenaga kesehatan menyusun alat peraga dan mengatur alur kegiatan. Momen ini menjadi pengalaman baru yang cukup membekas bagi mereka.
Bagi sebagian besar mahasiswa, ini adalah kali pertama mereka menyaksikan langsung bagaimana program Posyandu dijalankan secara konkret di tingkat desa. Banyak hal yang sebelumnya hanya mereka pelajari secara teori di bangku kuliah, kini hadir nyata di depan mata. Edukasi gizi, pentingnya komunikasi dua arah dengan warga, serta peran besar petugas kesehatan dalam membangun kesadaran masyarakat semuanya menjadi pembelajaran penting.
Tak hanya soal gizi anak, kegiatan ini juga menekankan pentingnya kedekatan emosional antara ibu dan anak. Praktik pijat bayi yang diajarkan, misalnya, tak hanya bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan si kecil, tetapi juga menjadi cara sederhana untuk memperkuat bonding ibu-anak. Hal-hal seperti ini memberi wawasan baru bagi mahasiswa tentang aspek lain dari kesehatan keluarga.
Namun tentu saja, adaptasi tidak selalu berjalan mulus. Di awal kegiatan, beberapa mahasiswa mengaku masih bingung dengan alur teknis posyandu. Mereka belum familiar dengan proses registrasi peserta, jalannya penyuluhan, hingga pembagian sesi praktik. Hal ini membuat sebagian dari mereka merasa canggung dan ragu untuk langsung terlibat.
Selain itu, karena belum terbiasa, koordinasi antara mahasiswa dan petugas Puskesmas pun sempat tersendat. Ritme kerja yang berbeda dan minimnya arahan teknis membuat mahasiswa harus berinisiatif sendiri agar bisa cepat menyesuaikan diri. Meski begitu, mereka tetap menunjukkan sikap terbuka dan siap belajar dari pengalaman.
Untungnya, petugas kesehatan yang hadir cukup kooperatif dan ramah. Dengan arahan sederhana dan pendekatan yang komunikatif, mahasiswa mulai memahami ritme kegiatan dan mampu menyesuaikan peran mereka secara lebih aktif. Seiring berjalannya waktu, interaksi pun menjadi lebih lancar dan suasana kerja sama mulai terasa nyaman.
Dari kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar soal gizi balita, tetapi juga belajar bagaimana bersikap dalam lingkungan profesional yang baru. Mereka mengasah keterampilan komunikasi, belajar membaca situasi, dan memahami pentingnya kolaborasi antar pihak. Ini adalah nilai-nilai penting yang akan sangat berguna bagi mereka di masa depan.
Kegiatan hari itu juga membuka mata mahasiswa tentang betapa besarnya tantangan yang dihadapi masyarakat desa, terutama dalam hal akses dan kesadaran terhadap kesehatan anak. Tidak semua ibu tahu bagaimana menilai tumbuh kembang anaknya dengan benar, apalagi jika tidak mendapat pendampingan yang cukup dari tenaga kesehatan.
Melalui pengalaman ini, mahasiswa menyadari pentingnya edukasi kesehatan yang berkelanjutan dan tepat sasaran. Mereka pun semakin paham bahwa keterlibatan aktif generasi muda, termasuk mahasiswa, sangat dibutuhkan dalam menjembatani informasi antara pemerintah dan masyarakat akar rumput.
Hari itu menjadi salah satu momen penting yang memperkaya pengalaman pengabdian mereka di Desa Bangunsari. Dengan bekal ilmu dan semangat kolaborasi, mahasiswa KKN Posko 19 berharap dapat terus berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat yang lebih luas lagi.
Mereka pun berharap, kolaborasi antara kampus, pemerintah desa, dan masyarakat dapat terus berjalan harmonis. Karena sejatinya, membangun desa bukanlah tugas satu pihak saja, melainkan hasil kerja sama banyak tangan yang bersedia turun, mendengar, dan bergerak bersama.
Dipost : 24 Juli 2025 | Dilihat : 10
Share :